Thursday, January 24, 2013

"Kelucuan" yang di buat Birokrasi Kampus


Banyak “kelucuan” yang terjadi Fakultas Bahasa & Sastra – UNM Makassar, dan kelucuan  dampak dari kesewenang-wenangan dari pihak Birokrasi kampus yang menjadikan “Pendidikan” sebagai alat legitimasinya untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak kepada mahasiswa.
Kelucuan diawali dengan kebijakan Pihak birokrasi UNM mengeluarkan Surat keputusan D.O bagi Sembilan belas mahasiswa hanya dikarenakan mereka mengadakan kegiatan orientasi pengenalan kampus kepada mahasiswa baru FBS angkatan 2011. Namun tampaknya ospek ini hanyalah dijadikan  momentum bagi pihak birokrasi untuk dapat melancarkan serangan agar dapat membungkam mahasiswa yang kritis dalam menanggapi. Sebagian besar dari ke-19 mahasiswa yang telah dicabut haknya dalam mengenyam pendidikan di kampus UNM ini teridentifikasi sebagai sosok-sosok yang gencar menyuarakan bahasa penolakan terhadap kenaikan dpp/spp yang dikeluarkan oleh pihak birokrasi UNM. Yang tentu saja ketika SPP/DPP ini naik maka akan semakin mempersulit mahasiswa dan orang tua dari mahasiswa itu sendiri. Para mahasiswa menolak kenaikan SPP/DPP dikarenakan selain semakin mempersulit mereka, juga terjadi ketidak seimbangan antara jumlah biaya yang harus dibayar dengan fasilitas yang di berikan pihak kampus kepada mahasiswanya.
Kelucuan selanjutnya fasilitas kelas seperti kursi, sebagian besar kursi yang digunakan dalam kegiatan akademik kelas berasal dari tahun 1990an bahkan ada pula kursi yang di buat sekitar tahun 80an dan masih di gunakan sampai sekarang oleh mahasiswa. Mungkin ini sangat sesuai dengan sindiran para anak-anak alay yang mengatakan “ Wee 2013 mi ini coyy, masih jamankah pake kursi tahun 80an untuk belajar?”.
 Belum lagi fasilitas komputer, pihak birokrasi menjanjikan untuk menyiapkan sekitar 100an perangkat komputer sehingga dapat mengganti semua perangkat komputer yang ada pada Lab. Komputer/ Multimedia Building (MMB).  namun pada realisalinya, mereka hanya mengganti kurang dari 10 unit Komputer yang ada di MMB an itupun tidak semuanya yang dapat di pergunakan, dan yang lucunya lagi semua meja dosen di hiasi dengan 1 unit  komputer  dengan spesifikasi yang wah. Lalu bagaimana dengan nasib mahasiswa ? “memang nasib mahasiswa yang sial atau mereka memang kurang beruntung, yahh mereka tetap di minta untuk membawa laptop ketika ada mata kuliah yang berhubungan dengan komputer”. Lalu bagaimana dengan mahasiswa yang tidak punya laptop dan semua perangkat komputer ada yang menggunakannya? “yah…, bayangkan mi saja”.
 Kelucuan selanjutnya adalah susahnya mengakses wifi di gedung DH, jaringan wifi yang terdeksi di gedung DH hanya jaringan unm.net itupun kekuatan jaringannya hanya 2-3 “balok” untung-untung kalau dapat 4 “balok”. Jangan mengakses scholar.google.com atau mendeley.com untuk mengakses google saja susah. Padahal kita semua tahu kalau akses internet amat sangat perlu dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga mau tidak mau mahasiswa yang konsentrasi studynya berada di gedung DH harus membawa modem sendiri.
Belum lagi kelucuan ketika Birokrasi mengeluarkan kebijakan untuk membekukan lembaga kemahasiswaan (LK) dengan alasan (1.) tidak mengindahkan instruksi untuk tidak melaksanakan PMB. (2.) LK FBS terindikasi komunis. (3.) meredam reaksi mahsiswa setelah kasus DO 19, ini mengindikasikan bahwa mereka takut dengan  gelobang perlawanan mahasiswa akan meluas di seluruh tingkat LK atau mungkin pihak birokrasi mau “naik haji”. Mereka seperti kebakaran jenggot ketika ditanyai mengenai aliran dana LK saat LK itu sendiri ditidurkan secara paksa.
Birokrasi memang lucu, mereka menjanjikan pencairan lembaga namun pengurusnya tidak lebih sepuluh orang. “Mesin saja bisa aus  kalau terus di paksa bekerja apa lagi manusia”. Jika pengurus lembaga tak lebih dari 10 orang, maka mereka harus bekerja ekstra keras dalam menjalankan programnya. Kemudian birokrasi pun menjanjikan beasiswa bagi pengurus lembaga nanti, jadi kesannya mahasiswa itu bisa di suap dengan iming-iming beasiswa agar tidak mengkritisi kebijakan birokrasi nantinya.
Itulah beberapa bentuk kelucuan yang dilakukan oleh birokrasi kampus  terhadap mahasiswa. Mungkin ini hanya sekedar celotehan  tapi mudah-mudahan dapat membuka mata para pembaca khususnya birokrasi FBS dan mahasiswa FBS.
“Terkhusus untuk rekan-rekan mahasiswa FBS, marilah kita hentikan “kelucuan-kelucuan” ini, mari kita minimalisir konflik horizontal kita antar mahasiswa, karena lawan sebenarnya adalah sikap sewenang-wenang dari pihak birokrasi kampus. Buktikan kalau FBS memang Satu”.
Saya sangat mengharapkan dukungan dari rekan-rekan dalam perjuangan kita ini, jika ada yang ingin menyumbangkan tulisannya dalam rangka menyuarakan perlawanan kita terhadap Birokrasi kampus yang tidak pro mahasiswa mengirimnya ke rx333bio@yahoo.com
Terima kasih

0 comments:

Post a Comment