Pada tahun 1884 guru besar etnologi di
Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan
buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima
volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air
kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan
istilah Indonesia di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul
anggapan bahwa istilah Indonesia itu ciptaan Bastian. Pendapat yang
tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van
Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah
Indonesia itu dari tulisan-tulisan Logan.
Putra ibu pertiwi yang mula-mula
menggunakan istilah Indonesia adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar
Dewantara). Ketika di buang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau
mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Pesan Sponsor
Pada dasawarsa 1920-an, nama Indonesia
yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil
alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga
nama Indonesia akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu
bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan! Akibatnya pemerintah Belanda
mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,
Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije
Indonesische staat) mustahil disebut -Hindia Belanda-. Juga tidak
-Hindia- saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang
asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een
politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air
di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier)
akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.
Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo
mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga
Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis
Indonesia (PKI). Lalu pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk
kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga
organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama Indonesia.
Akhirnya nama Indonesia dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan
bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober
1928, yang kini kita sebut Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang
anggota Volksraad (Dewan Rakyat, DPR zaman Belanda), Muhammad Husni
Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan
mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama Indonesia diresmikan sebagai
pengganti nama Nederlandsch-Indie. Tetapi Belanda keras kepala sehingga
mosi ini ditolak mentah-mentah.
Maka kehendak Allah pun berlaku. Dengan
jatuhnya tanah air kita ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942,
lenyaplah nama Hindia Belanda untuk selama-lamanya. Lalu pada tanggal 17
Agustus 1945, atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, lahirlah
Republik Indonesia.
Penjelasan Singkat:
Mengenai Logan. Namanya: James
Richardson Logan (1819-1869). Dia adalah orang Skotlandia yang meraih
sarjana hukum dari Universitas Edinburgh.
Dia cuma seorang pengelola majalah
ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia
(JIAEA); yang diterbitkan di singapura pada 1847.
Orang yang lebih arif mengenai Indonesia
& kawasan di mana Indonesia itu berada adalah, George Samuel
Windsor Earl (1813-1865).
Dia adalah seorang ahli etnologi bangsa
Inggris. Pada tahun 1849, dia mengajukan dua pilihan nama: Indunesia
atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau).
Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis:
…the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would
become respectively Indunesians or Malayunesians.
Earl sendiri menyatakan memilih nama
Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia),
sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia
bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa).
Lagi pula, kata Earl, bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh
kepulauan ini? Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah
Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
0 comments:
Post a Comment