suatu saat kita mungkin pernah merasakan bagaimana rasanya di abaikan oleh orang yang kita sayangi,orang yang kita anggap sebagai sosok yang tepat untuk di jadikan tempat kita berbagi baik itu keluh kesah maupun canda tawa. namun semuanya tak seperti yang kita harapkan, justru dia yang kita dambakan sebagai aspirin ketika kita merasakan kegalauan yang teramat dalam
mungkin dirinya tak mengetahui bahwa demi satu senyuman darinya kita rela di cemooh oleh orang-orang, demi
satu senyuman darinya kita mampu menomor duakan kepentingan kita, dan demi
satu senyuman darinya kita rela di tertawakan karena dianggap bodoh oleh orang-orang di sekitar kita.
keegoisan tak lagi nyata bagi kita yang memiliki ketulusan pada dirinya. bahkan ketika kita menemukan dirinya sebenarnya kita telah merelakan diri untuk hanyut dan larut di dalam dirinya. itu semua agar dirinya dapat memberikan satu senyuman yang amat sangat berarti melebihi seluruh harta karun yang ada di atas bumi ini.
tapi mengapa dirinya masih saja tampak angkuh bahkan seakan-akan tidak mengakui keberadaan kita sebagai seorang pasangan yang berusaha mati-matian tuk bisa membahagiakannya. sungguh miris hati kita tuk melihat realita, ketika kita hanya menjadi yang kedua dan tidak mungkin bisa menjadi yang pertama tuk dirinya. tapi demi dirinya kita mampu bertahan dalam pahitnya kisah yang terlanjur di sepakati dengan dirinya.
mungkin inilah balasan dari dosa-dosa kita dimasa lalu. yang harus di rasakan juga oleh diri yang mencoba tuk berubah ini
0 comments:
Post a Comment